KEPRIBETTER.COM, PEKANBARU-Tempe dikenal luas sebagai makanan asli Indonesia yang disukai oleh masyarakat luas. Dalam sastra Jawa, kata kedelai tercatat dalam naskah Serat Centhini. Yang menunjukkan bahwa tempe sebagai salah satu produk khas asli Indonesia.
Untuk itulah Anggota DPR RI Komisi IV Effendi Sianipar bersama dengan Yayasan Solid Bergerak Untuk Indonesia Raya (SBUIR) melaksanakan pelatihan pembuatan tempe higienis, Kamis (18/2/2021). Kegiatan ini diikuti puluhan masyarakat.
Tampak hadir dalam kegiatan tersebut, Manurung dari Rokan Hulu sebagai pemhicara, Robin Eduard dari Yayasan SBUIR yang juga anggota DPRD Pekanbaru. Bukan hanya itu, terlihat jadir juga anggota DPRD Pelanbaru Ruslan Tarigan.
Anggota DPR RI dari Komisi IV Effendi Soanipar mengatakan, tempe merupakan salah satu bahan makanan dari produk nabati yang mempunyai berbagai nutrisi penting untuk tubuh.
Bahkan dikatakannya, tempe mempunyai sumber protein tinggi yang mampu membantu mencukupi asupan harian tubuh.
“Bukan saja protein, tempe mempunyai kandungan lain yang tidak kalah penting. Mulai dari energi, lemak, karbohidrat, serat, kalsium, natrium, hingga fosfor.Tidak heran, dengan berbagai kandungan nutrisi yang terdapat di dalamnya, tempe menjadi makanan sehat yang baik untuk dikonsumsi sehari-hari.
Tujuan dari pelatihan ini, seperti yang disampaikan Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI P) Effendi Sianipar, bukan hanya sekedar pelatihan saja.
Namun lanjutnya, untuk mewujudkan pembangun ekonomi kreatif, tak hanya membuat produk inovatif. Termasuk cara peningkatan nilai jual pun mesti diperhatikan.
Menurutnya, dalam meningkatkan nilai ekonomis produk, kreativitas harus terus digali.
“Tempe ini perlu kiranya produk turunan yang memerlukan sentuhan kreatif pada desain, packaging dan cara menjual agar memiliki nilai jual yang lebih tinggi lagi. Karena tempe tidak saja disukai masyarakat Indonesia. Warga Negara Eropa, Australia, Swiss, Amerika Serikat, juga ada menyukai makanan khas Indonesia ini. Kita ingin tempe bisa menembus pasar dunia,”ujarnya.
Karenanya, para pelaku UMKM yang mengolah komoditas kedelai perlu mendapat pendampingan dan pelatihan untuk menciptakan inovasi produk makanan yang dapat menarik minat banyak konsumen.
Dikatakan, jika dulu hanya menjual komoditas kedelai secara polosan, sekarang harus mulai diubah dengan menjual brand.
“Harganya bisa lima kali lebih tinggi dibanding menjual produk polosan,” katanya.
Namun petani juga harus terus meningkat pamor kedelai lokal dengan menjaga kualitas produk yang ramah lingkungan, tanpa pengawet, sehat dan aman dikonsumsi.
“Nanti kita akan dorong agar kementerian, pemerintah provinsi, kabupaten/ kota, dan instansi-instansi lainnya menggunakan kedelai atau tempe untuk menu harian,” pungkasnya.***