KEPRIBETTER.COM, Jakarta -Sebuah postingan di media sosial tentang roti, menarik perhatian beberapa hari belakangan ini. Isinya seperti ini:
“Jangan lupa, menjelang liburan panjang tetap pertahankan protokol kesehatan dan pesan dulu roti untuk bekal piknik atau cemilan di rumah.
Ekspresikan perhatian dan kasih sayang kepada orang-orang terkasih dengan bingkisan Roti Tan Ek Tjoan.
Bingkisan Roti Tan Ek Tjoan berisikan roti-roti klasik jadul, mengundang kembali kenangan-kenangan indah dan citarasa kehidupan.”
Roti merek Tan Ek Tjoan, ternyata masih ada padahal usianya hampir 100 tahun.
“Ya kami memang ingin menggulirkan lagi Tan Ek Tjoan sebagai roti khas Indonesia, cita rasa yang legendaris yang cocok dikonsumsi masyarakat kekinian,” kata Rendra Hertadi, direktur PT Tan Ek Tjoan Distribusi, di Jakarta, Selasa (27/10/20).
Menurut Rendra, zaman telah berubah banyak ketika roti Tan Ek Tjoan pertama kali diproduksi namun cita rasa dan romantisme lidah tak pernah berubah.
“Masih banyak masyarakat yang ingin nostalgia dengan rasanya yang legendaris, dengan tekstur roti khas dan enak dimulut. Anak-anak muda juga mulai menyukai roti ini, karena berbeda dengan roti merek lain,” jelas Rendra.
Semula Tan Ek Tjoan memproduksi hanya roti gambang dengan tekstur keras, kini ada varian lainnya yakni roti bimbam yang lembut.
Roti yang bagi sebagian besar perut melayu masih dikategorikan cemilan. “Padahal Roti merek Tan Ek Tjoan ini adalah salah satu makanan pokok yang jadi ciri khas orang-orang Eropa yang tinggal di Indonesia sejak zaman Hindia Belanda,” terang Rendra.
Tan Ek Tjoan salah satu merek roti tertua di Indonesia. Pendirinya, yang namanya dijadikan merek produk, Tan Ek Tjoan, adalah seorang pemuda keturunan Tionghoa. Dia merintis usaha ini di daerah Surya Kencana, Bogor pada 1921.
Sejak saat itu usahanya berkembang cepat. Merk roti ini begitu populer bagi warga Jakarta dan Bogor. Ciri khasnya: roti bertekstur keras.
Wakil Presiden RI Kesatu Bung Hatta termasuk yang pernah mencicipinya. Pernah suatu ketika, seperti dikisahkan Mangil Martowidjojo dalam Kesaksian Tentang Bung Karno, dalam perjalanan dari Jakarta menuju Megamendung, Bung Hatta berhenti di depan Toko Roti Tan Ek Tjoan di Bogor. Alih-alih masuk, dia menyuruh Sardi, pengawal Bung Karno, untuk beli roti. Dia memberikan uang Rp5. Sardi pun membeli roti seharga Rp3,75. Bung Hatta lalu melahapnya.
Horst Henry Geerken, seorang ekspatriat asal Jerman yang pernah tinggal di Indonesia selama 18 tahun, juga memiliki kenangan tersendiri terhadap roti ini. “Untuk roti tentunya hanya ada roti tawar. Sopir kami harus membelinya di Bogor, 40 kilometer jauhnya dari Jakarta. Tan Ek Tjoan adalah satu-satunya toko roti di sekitar itu yang bisa memperoleh tepung impor,” tulisnya dalam A Magic Gecko.
Dulu, distribusi roti ini bergantung jasa pedagang keliling dengan gerobaknya. Namun kini, penjualan sudah berubah dengan outlet sendiri dan via online.
Meskipun ini terbilang kuliner yang begitu legendaris, namuan harganya sangatlah terjangkau. Harganya mulai dari Rp3.500 sampai dengan Rp55.000.
Bagi warga Jakarta tentu masih terpatri ingatan ketika jalan-jalan di Kawasan Cikini, Jakarta Pusat, dengan plang nama besar Tan Ek Tjoan di Jalan Cikini Raya.
“Tempat itu sudah dikosongkan dan dipindah ke Ciputat. Namun yang berada di Bogor, lokasinya masih sama,” jelas Rendra.
Masih menggunakan mesin roti yang sama, guna mempertahankan cita rasanya Tan Ek Tjoan mulai bangkit kembali mengisi khazanah kuliner khas Jakarta.
Beberapa outlet sedang dibangun dengam rebranding yang menarik.
Jika ingin bernostalgia dengan roti legendaris ini, bisa membeli di tokonya di kawasan elit Pondok Indah, Jakarta Selatan. Atau pemesanan via online dan media sosialnya instagram @tanektjoan_pondokindah atau facebook Tan Ek Tjoan Pondok Indah.
Penulis: Hendrata Yudha