KEPRIBETTER.COM, Jakarta — Beberapa hari terakhir perpolitikan Indonesia diwarnai wacana Wakil Ketua Dewan Pembina Gerindra Sandiaga Uno bakal dicalonkan jadi Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Bukan sekedar wacana, Wakil Sekretaris Jenderal PPP Achmad Baidowi mengonfirmasi kabar tersebut. Ia mengatakan itu merupakan usulan yang bersifat informal dari pengurus PPP di tingkat Dewan Pimpinan Cabang (DPC).
“[Pihak] yang sebut nama Sandiaga Uno ada beberapa DPC, bukan saya yang usulkan ya. Itu masih wacana,” kata sosok yang akrab disapa Awiek itu lewat pesan singkat kepada CNNIndonesia.com, Minggu (25/10).
Menariknya, sejak terjun ke politik praktis saat menjadi peserta Pilkada DKI 2017, bukan kali ini saja Sandiaga diwacanakan jadi calon ketum partai politik. Baik dari partainya sendiri, Gerindra, maupun partai politik lain.
Pada 2019 silam, calon wakil presiden yang mendampingi Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto dalam Pilpres 2019 ini sempat pula diisukan bakal maju dalam perebutan kursi Ketum Partai Amanat Nasional (PAN) periode 2020-2025. Selain itu, Sandiaga pun pernah diisukan akan merapat ke Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Melihat wacana tersebut, pengamat politik dari Universitas Padjadjaran Kunto Adi Wibowo mengatakan isu atau wacana Sandiaga menjadi ketum parpol lain tak lepas dari kemesraan PDIP dengan Gerindra pascapenyelenggaraan Pilpres 2019. Kemesraan itu, ia nilai membuat peluang Sandiaga bisa maju kembali dalam Pilpres 2024 cukup kecil.
“Betul ada dampak kemesraan PDIP-Gerindra,” kata Kunto saat berbincang dengan CNNIndonesia.com, Senin (26/10).
Kunto menerangkan pada dasarnya relasi politik itu tidak sederhana. Oleh karena itu tak menutup peluang pula Gerindra mengusung Sandiaga sebagai calon lagi dalam pilpres kelak.
“Ini sulit posisi Sandi apalagi untuk 2024 hitungan politiknya belum jelas, tapi politik enggak sebatas di atas kertas. Peluang Sandi di Gerindra ada, walau tidak besar, karena selama Prabowo di Gerindra akan susah,” ujarnya.
Di satu sisi, Kunto sendiri menilai Sandiaga sebenarnya tak membutuhkan jabatan ketum parpol jika bisa merawat basis pemilihnya pada pemilu-pemilu lalu. Dia menyatakan, langkah itu bisa dilakukan Sandi dengan menemui para pendukungnya tersebut lewat sejumlah panggung atau kegiatan.
“Sandi sebagai pengusaha sebenarnya punya banyak panggung, meski bukan politik. Fan base dia sudah jelas emak-emak, jadi enggak butuh ketua partai, apalagi yang tradisional,” katanya.
Senada, pengamat politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio juga mengamini kemesraan yang terjalin antara PDIP-Gerindra pascapenyelenggaraan Pilpres 2019 merupakan salah faktor yang melatarbelakangi munculnya wacana Sandi menjadi ketum parpol lain.
Tapi, dia menilai faktor terbesar dari kemunculan wacana Sandiaga jadi ketua umum parpol lain adalah popularitasnya yang besar tapi tak memiliki posisi strategis di Gerindra.
“Pasti ada [dampak kemesraan PDIP-Gerindra]. Cuma yang kita baca kemungkinan Sandi dilihat parpol lain karena tidak punya posisi strategis di Gerindra. Sementara [Sandi], punya elektabilitas dan popularitas tinggi, kenapa tidak dimanfaatkan,” kata pria yang juga pendiri lembaga survei Kedai Kopi tersebut.
Meskipun demikian, Hendri mengaku ragu tokoh-tokoh senior PPP akan berlapang dada menerima Sandi menjadi ketua umum parpol berlambang Kakbah tersebut.
“Kalau kultur, Sandi bisa menyesuaikan diri. Tapi apakah PPP mau terima Sandi [dengan] mengenyampingkan mekanisme partai, itu jadi pertanyaan,” ucap dia.
“Saya enggak yakin tokoh senior di PPP mau berlapang dada menerima Sandi,” imbuhnya.
Dalam survei terbaru Indikator Politik Indonesia yang dirilis 25 Oktober lalu, Sandiaga ada di lima besar elektabilitas Capres 2024. Lima besar itu dari yang peringkat pertama adalah Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Ketua Umum Gerindra yang juga Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Sandiaga Uno, dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.
Dalam bursa calon ketua umum PPP yang akan dipilih dalam muktamar Desember mendatang selain Sandiaga, juga ada Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dan mantan Wabuh Jatim Sayaifullah Yusuf (Gus Ipul). Selain itu, nama lain adalah Plt Ketum PPP Soeharso Monoarfa.
Terkait kehadiran nama Sandiaga hingga Khofifah dalam bursa caketum PPP, Baidowi membantah partainya krisis sedang krisis tokoh.
Dia menerangkan kemunculan nama Sandi yang diwacanakan kader di tingkat DPC untuk menjabat Ketum PPP periode mendatang menunjukkan bahwa iklim demokrasi di PPP berjalan dengan bagus. Menurutnya, hal itu juga memperlihatkan bahwa PPP adalah partai yang demokratis.
“Kalau bicara demokratis, PPP sangat demokratis, orang luar pun diwacanakan untuk masuk. Tetapi ada syaratnya, harus satu periode di DPP atau DPW maka otomatis Sandi enggak bisa,” kata pria yang kerap disapa Awiek itu, Senin (26/10/2020).
“[Mengubah syarat] itu berat, kayak mencari jarum dalam tumpukan tepung,” imbuhnya.
Sementara itu, dari pihak Gerindra meyakini Sandiaga tak akan terbujuk rayu parpol lain. Kolega Sandiaga di kursi Dewan Pembina Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad mengatakan meskipun demikian politik itu dinamis sehingga pihaknya berharap kelurga besar mereka tetap terjaga.
“Kami tetap berharap sandi tetap menjadi keluarga besar kami dan kami yakin Sandi tidak akan menerima ajakan partai lain,” kata Dasco yang juga Ketua harian DPP Gerindra itu kepada wartawan saat dikonfirmasi, Senin (26/10).
Sementara itu juru bicara Sandiaga, Kawendra Lukistian, menegaskan mantan Wagub DKI Jakarta itu akan tetap berjuang bersama Gerindra dan Prabowo Subianto selaku ketum parpol tersebut.
“Bang Sandi sangat sayang dan nyaman dengan Gerindra,” kata Kawendra lewat pesan singkat kepada CNNIndonesia.com, Senin (26/10).
“Insya Allah saya sangat meyakini beliau [Sandi] berkomitmen untuk sama-sama semakin membesarkan Gerindra ke depannya,” imbuhnya.
Selain itu, ia mengatakan komunikasi antara Sandi dengan Prabowo, Sufmi Dasco Ahmad, dan Sekjen Gerindra Ahmad Muzani sangat baik dan berjalan intens saat ini. (*)
sumber:cnnindonesia